Hirarki Pengendalian Risiko Yang Wajib Diketahui
Hirarki pengendalian risiko dalam Keselamatan Kerja - Setelah mengetahui tentang perbedaan antara bahaya dan risiko, tahap selanjutnya yang perlu diketahui adalah pengendalian risikonya. Risiko-risiko yang ada dalam proses pekerjaan harus dikendalikan, untuk menurunkan nilai risikonya dan tujuan akhirnya agar tidak menyebabkan terjadinya kontak atau kecelakaan pada pekerja.
Dalam keselamatan kerja dikenal beberapa urutan pengendalian risiko, yaitu:
Primary Control (Engineering Controls)
Pengendalian risiko dengan primasry control dilakukan dengan beberapa cara yaitu menghilangkan bahaya (eliminasi), Mengganti dengan yang lebih aman (Substitusi), dan rekayasa engineering (engineering)
Secondary Control (Pengendalian Administrasi)
Jika primary control tidak mampu menghilangkan risiko secara keseluran dan masih menyisakan risiko sisa, maka perlu pengendalian yang lain. Hirarki selanjutnya adalah pengendalian secara administrasi.
Contoh pengendalian administrasi adalah pengaturan pola gilir kerja (shift), hal ini bertujuan untuk mengurangi lamanya paparan terhadap pekerja. Selain itu, contoh yang lain adalah pemasangan rambu-rambu yang memberikan informasi baik larangan, kewajiban, ataupun informasi lainnya.
Tertiary Control (Prosedur)
Langkah pengendalian selanjutnya adalah dengan membuatkan acuan kerja, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan secara benar. Acuan kerja dapat berupa SOP ataupun JSA.
APD (Alat Pelindung Diri)
APD merupakan pengendalian yang terakhir, APD hanya berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan saja dan tidak pernah menghilangkan bahaya. Sehingga banyak praktisi K3 menilai pengendalian menggunakan APD adalah pengendalian yang paling tidak efektif dan cara terakhir jika pengendalian-pengendalian sebelumnya masih menyisakan risiko (residual risk)
Dalam keselamatan kerja dikenal beberapa urutan pengendalian risiko, yaitu:
Primary Control (Engineering Controls)
Pengendalian risiko dengan primasry control dilakukan dengan beberapa cara yaitu menghilangkan bahaya (eliminasi), Mengganti dengan yang lebih aman (Substitusi), dan rekayasa engineering (engineering)
Contoh :
- Terdapat lubang besar di jalan yang dapat berpotensi pekerja atau kendaraan masuk ke dalamnya, pengendalian dengan eliminasi dapat dilakukan dengan menutup lubang sampai permukaannya sama dengan disekitarnya.
- Proses pengecatan dengan menggunakan spray lebih berbahaya bagi kesehatan, dapat dilakukan pengendalian dengan cara substitusi yaitu mengganti spray dengan kuas.
- Bagian pulley mesin yang berputar tidak terdapat pengaman, dapat dilakukan pengendalian secara rekayasa engineering yaitu dengan membuatkan pengaman (guarding).
contoh rekayasa engineering |
Secondary Control (Pengendalian Administrasi)
Jika primary control tidak mampu menghilangkan risiko secara keseluran dan masih menyisakan risiko sisa, maka perlu pengendalian yang lain. Hirarki selanjutnya adalah pengendalian secara administrasi.
Contoh pengendalian administrasi adalah pengaturan pola gilir kerja (shift), hal ini bertujuan untuk mengurangi lamanya paparan terhadap pekerja. Selain itu, contoh yang lain adalah pemasangan rambu-rambu yang memberikan informasi baik larangan, kewajiban, ataupun informasi lainnya.
Tertiary Control (Prosedur)
Langkah pengendalian selanjutnya adalah dengan membuatkan acuan kerja, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan secara benar. Acuan kerja dapat berupa SOP ataupun JSA.
APD (Alat Pelindung Diri)
APD merupakan pengendalian yang terakhir, APD hanya berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan saja dan tidak pernah menghilangkan bahaya. Sehingga banyak praktisi K3 menilai pengendalian menggunakan APD adalah pengendalian yang paling tidak efektif dan cara terakhir jika pengendalian-pengendalian sebelumnya masih menyisakan risiko (residual risk)
Dari ilustrasi gambar diatas bahwa urutan pengendalian semakin ke bawah semakin tidak efektif, hal ini dikarenakan bahwa semua pengendalian yang dilakukan jika masih memerlukan pengawasan dan masih menggantungkan pada kesadaran pekerja maka pengendalian akan tidak efektif. Sebagai contoh prosedur kerja, walaupun sudah banyak prosedur kerja yang dibuat namun masih memerlukan pengawasan untuk memastikan pekerja menjalankannya. APD sudah diwajibkan, namun di area kerja apakah semua pekerja sudah sadar menggunakannya? masih perlu orang lain yang mengawasi, walaupun sebagian perusahaan sudah sangat berbudaya K3.
Lakukan pengendalian sampai risiko benar-benar bisa diterima, selama hal itu masuk akal dan bisa dilakukan.
Lakukan pengendalian sampai risiko benar-benar bisa diterima, selama hal itu masuk akal dan bisa dilakukan.
Post a Comment for "Hirarki Pengendalian Risiko Yang Wajib Diketahui"