Ojo Ngimpi Le...
“…Ojo ngimpi le..” Kata-kata ini akan selalu saya ingat sampai kapanpun, ini adalah kata-kata yang paling memotivasi saya karena terucap dari seseorang yang sangat saya idolakan, beliau adalah Bapak saya. Kata-kata ini berawal dari bincang-bincang saya dengan Bapak di kebun kami, ini terjadi pada saat saya masih SMU.
Kedua orang tua saya adalah
seorang petani di pelosok kecamatan Abung timur, lampung utara. sejak kecil
saya sudah sering membantu Bapak saya untuk bekerja di kebun. Pada saat saya di
bangku SMU, setiap pulang sekolah saya pasti menggembala sapi dengan membawa
gerobak. Selain menggembala saya juga harus mencari rumput untuk 3 sapi dan 10
ekor kambing. Rutinitas ini pasti saya lakukan setiap hari dengan kakak saya.
Saat sore hari sebelum kami pulang ke rumah, kami masih harus memandikan
sapi-sapi tersebut di sungai.
Seperti biasa setiap hari minggu
atau hari libur sekolah, saya membantu Bapak saya untuk membersihkan
rumput-rumpur di kebun. Dan bisaanya Ibu saya akan membawakan bekal makanan
(takjil) dan kopi untuk kami makan saat istirahat. Di saat istirahat itulah
kami sering berbincang bincang dengan menikmati kopi dan makan takjilan di
kebun, kondisi angina yang sepoi sepoi dibawah pohon yang meniup tubuh yang
berkeringat, ditambanh kopi hangat menambah rehat itu terasa nyaman.saat
ngobrol yang kami bicarakan adalah
tentang sekolah saya, lingkungan rumah kami, sampai cita-cita atau harapan
saya. Pada saat itu saya sempat nyeletuk “Pak,,kelak saya ingin punya rumah di
jogja”, septontan Bapak saya tertawa sembari menjawab “ojo ngimpi le,, tanah di
jogja kui larang, nek koyo awak e dewe ngene opo sanggup”. Jawaban Bapak saya
sangat jleb banget, namun itu tidak menyurutkan keiinginan saya. Justru saya
jadikan motivasi yang saya pegang, agar saya bisa membuktikan bahwa saya mampu.
Kembali saya meyakinkan Bapak saya “Pak,, Insya Allah bisa… tugas Bapak hanya
mensupport saya,, saya akan bersungguh-sungguh, dan semoga diijabah”. Dan Bapak
saya menjawab “yo monggo le,, kejar mimpimu, Bapak ki Cuma iso membantu awakmu
dan doakan saja” dan itupun di iyakan oleh Ibu saya “yo Mamak juga Cuma bisa doakan awakmu wan..”. dalam hati saya
berkata “YESSSSSSSSS,,, ini langkah awalnya RIDHO ORANG TUA,kemudian biarkan
saya menjalankan tugas saya, dan ALLAH yang menentukan “.
Singkat cerita, Juli 2012 tiga
bulan setelah menikah saya dan istri membeli rumah di kawasan Maguwoharjo,
utara stadion Maguwoharjo, Yogyakarta. Keajaiban kata-kata “Ojo Ngimpi
le..” dan Ridho Orang Tua masih
memotivasi kami, pada bulan April 2014 kami mengambil satu rumah lagi di salah
satu perumahan di Kabupaten Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan.
Ayo jangan sia-siakan kesempatan
berbincang-bincang dengan Orang tua kita,, cari kesempatan untuk Mereka
meridhoi keiinginan kita. Karena itu akan menjadi kekuatan yang sangat hebat
dan tidak pernah kita sangka-sangka rejeki Allah yang datang ke kita..
Jabat erat
Darmawan Saputra S
Post a Comment for "Ojo Ngimpi Le..."