Mengukur Efektifitas Leading Indicators Safety


Setelah mengetahui kriteria leading indicators safety, langkah selanjutnya adalah menentukan leading indicators yang akan dijadikan acuan dalam mengembangkan budaya safety.


Jika dalam menentukan leading indicators dituntut untuk sempurna, tentu hal ini tidak akan pernah tercapai. Karena yang kita pelajari adalah manusia, perilaku mereka sangat banyak yang mempengaruhi seperti faktor internal dan faktor eksternal (lingkungan).

Berikut beberapa contoh cara mengukur leading indicators safety:

Pelatihan (safety training)

Dalam mengukur keberhasilan suatu pelatihan bukan dilihat dari jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan, melainkan mengukur jumlah orang-orang yang mengaplikasikan topik atau materi yang telah diajarkan ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Sebagai contoh pelatihan JSA, berapa banyak dari karyawan yang mengikuti pelatihan yang bisa membuat JSA mengenai tugas mereka saat di lapangan dengan benar.

Audit (Internal / eksternal)

Kegiatan audit memang sangat menyita waktu, sehingga tidak jarang baik auditor maupun auditee menginginkan kegiatan ini cepat selesai. Hal yang terpenting dari audit bukanlah berapa kali melakukan audit, bukan berapa jumlah temuan (finding), bukan departemen mana saja yang banyak temuannya. Hal terpenting adalah berapa banyak tindakan perbaikan yang telah dilakukan dari temuan yang ada, dan seberapa banyak temuan yang berulang (hal ini menunjukkan tidak adanya peningkatan kualitas di lapangan).

Inspeksi

Hal terpenting dalam mengukur inspeksi bukanlah berapa kali inspeksi dilakukan, melainkan persentase perbaikan temuan, peningkatan kesadaran karyawan yang dapat dilihat dari peningkatan tindakan aman dan semakin menurunnya kondisi tidak aman. Sebagai contoh setelah dilakukan inspeksi temuan area kerja yang berantakan berkurang, penempatan tools yang digunakan semakin menunjukkan keadaan yang rapi (good houskeeping), kesadaran menggunakan apd meningkat, kesadaran melakukan perbaikan terhadap deviasi semakin meningkat, dan lain-lain.

Pertemuan K3 (Safety Meeting)

Pertemuan K3 harus dibuatkan kriteria untuk mengukur keberhasilan pertemuan tersebut, sebagai contoh misalnya :
  • Meeting yang dilakukan dapat mengatasi masalah keselamatan yang sedang berkembang
  • Apakah ada peningkatan peserta meeting
  • Berapa persen masalah (isu di MOM) yang terselesaikan
  • Berapa durasi pertemuan
Harapannya pertemuan yang dilakukan bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, namun sebenarnya topik yang dibahas sangat membosankan dan tidak memberikan kontribusi apapun terhadap keselamatan. Hal ini tentunya akan membuang waktu.

Menentukan leading indicators yang berorientasi pada dampak memang akan membutuhkan waktu yang sangat lama, terutama untuk merubah paradigma dari karyawan dan manajemen yang sudah terbiasa dengan cara dan program-program yang ada sebelumnya. Namun jika ini dapat dilaksanakan, akan meningkatkan perilaku dan kesadaran tentang keselamatan. Tentunya tujuan akhir adalah tingkat kecelakaan menurun dengan demikian lagging indicators juga tercapai.