Bekerja di Ketinggian dengan Akses Tali (Rope Acces)


Bekerja di atas ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access system) adalah salah satu metode kerja yang dilakukan dengan menggunakan tali sebagai akses atau jalur kerja pada pekerjaan yang dilakukan di ketinggian.

Penggunaan akses tali pada mulanya berawal dari teknik panjat tebing dan penelusuran gua. Kemudian seiring perkembangan pembangunan, penggunaan akses tali ini juga digunakan dalam pembangunan gedung, perawatan, perbaikan menara telekomunikasi, confined space, dan sebagainya.
 
Seperti yang telah diketahui bahwa banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan pekerjaan di atas ketinggian, seperti perancah, tangga portabel, gondola, elevated workplace, dan salah satunya adalah menggunakan akses tali (rope access). Semua metode memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu pemilihan metode yang sesuai harus benar-benar diperhitungkan sesuai kondisi yang ada.

Persyaratan penggunaan akses tali (rope access) :
  1. Terdapat tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety line)
  2. Mempunyai dua penambat (anchorage)
  3. Tersedia alat bantu dan alat pelindung diri
  4. Personel yang bekerja telah kompeten
  5. Pengawasan sepanjang pekerjaan dilakukan
Pekerjaan ini tentunya sangat berisiko tinggi, oleh karena itu semua pihak harus komitmen dalam melakukan tanggung jawabnya masing-masing. Pemeriksaan kelayakan peralatan yang digunakan harus benar-benar dapat memastikan bahwa peralatan dalam kondisi yang masih layak pakai. 

Selain kelayakan peralatan, pemasangan akses tali pada dinding atau struktur sementara yang didirikan juga harus memenuhi beberapa syarat berikut:
  1. Titik angkor dan struktur bangunan harus mampu menahan beban maksimum setidak-tidaknya 1200kg.
  2. Pengawas harus memastikan kekuatan dinding dan titik penambat.
  3. Semua berkas administrasi harus tersedia di area dimana pekerjaan di ketinggian dilakukan, seperti ijin kerja, hasil penilaian risiko, pemeriksaan peralatan, dan lain-lain.
  4. Pemeriksaan pertama dan berkala terhadap titik penambat untuk memastikan tidak adanya korosi atau hal-hal lain yang mempengaruhi kekuatan titik tambat yang dapat membahayakan pekerja
  5. Apabila titik tambat terletak di luar dan terkena cuaca dalam waktu yang lama, maka bahan titik tambat harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap perubahan cuaca dan lubang titik tambat harus dilindungi agar tidak lembab.
  6. Bila titik tambat terpasang permanen di luar gedung, maka penempatan titik tambat setidak-tidak 2 meter dari tepi bangunan.
  7. Dokumentasi terkait pemasangan titik tambat harus selalu tersedia di gedung tersebut, yang berisi tentang perusahaan pemasang, kekuatan tambat, tanggal pasang, petunjuk pemakaian, dan penilaian risiko awal (initial risk assessment)